Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Blora-Mediaindonesianews.com: Kabupaten Blora direncanakan bakal menjadi “lokomotif” ekonomi untuk Bojonegoro, Tuban, dan Ngawi, hal tersebut terjadi saat Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, bertemu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Dr. Pratikno, di Stasiun Cepu, kedua pejabat tersebut melakukan pembicaraan singkat yang akan menjadikan Cepu sebagai “Sleeping Giant… a Sleeping Engine of Inclusive and Sustainable Growth”.
Menurut Menko PMK yang merupakan putra dari Bojonegoro ini lokasi ini (Cepu) layak dipandang sebagai “ibukota ekonomi”, bukan lagi sekadar kota administratif yang belakangan ini tak banyak disentuh pembangunan.
“Blora itu ibu kota pemerintahan, sedangkan Cepu ibu kota ekonomi,” ujar Menko Pratikno, Senin (6/9).
Lebih lanjut, Pratikno memaparkan berbagai infrastruktur dan institusi strategis yang mendukung pencitraan Cepu ke depan diantaranya, Fasilitas transportasi yang memadai, Terminal bus aktif, jalur KA cepat dengan stasiun besar dan parkir luas, serta keberadaan bandara di dekatnya.
“Institusi migas dan BUMN, Sekolah PPSDM Migas dan PEM Akamigas, serta kantor Pertamina dan Perhutani yang sudah beroperasi di wilayah tersebut. Potensi agraris dan air – Adanya Waduk Karangnongko, Sungai Bengawan Solo sebagai jalur irigasi alami, serta basis petani dan peternak lokal. Jaringan diaspora kuat – Warga Cepu yang sukses berkarier di kota besar tetap membuka hubungan dan kemungkinan investasi untuk kampung halamannya.” paparnya
Menurut Menko, ini adalah modal besar yang cukup untuk menggerakkan pertumbuhan berkelanjutan di kawasan Cepu Raya.
Menanggapi gagasan itu, Bupati Arief Rohman menyatakan kesiapan Blora untuk memimpin sinergi. Konsep pembangunan kawasan Cepu Raya, sinergi dengan beberapa Kabupaten sekitar siap diupayakan.
“Kami akan mencoba melakukan pengkajian dan penyusunan roadmap bersama dengan para Bupati sekitar,” ujarnya.
Menurut Bupati rencana penyusunan roadmap pembangunan terpadu antara Blora, Bojonegoro, Tuban, dan Ngawi. Evaluasi potensi sumber daya alam dan SDM untuk penyusunan rencana ekonomi inklusif. Koordinasi pengembangan infrastruktur publik (transportasi, energi, pendidikan, kesehatan).
Semua agenda awal ini dijadwalkan akan dimatangkan melalui beberapa forum bersama, termasuk pertemuan antar-pimpinan daerah dalam waktu dekat.
Momentum ini menjadi titik awal yang menjanjikan—ketika Cepu, selama ini tersimpan di balik hiruk-pikuk kota lain, mulai mendapatkan ‘lampu sorot’. Dengan back-to-back dukungan dari pemerintah pusat dan kesiapan daerah, tantangan berikutnya adalah bagaimana mewujudkan janji tersebut dalam bentuk konkret.
Bisa berupa pemetaan prioritas investasi, percepatan pembangunan infrastruktur, sinergi birokrasi, hingga kerja sama penguatan sektor riil (migas, pertanian, peternakan). Yang pasti, “lokomotif regional” bernama Cepu sudah siap dihidupkan—dan ini bukan sekadar wacana publik.
Langkah cepat yang diambil oleh Menko PMK—langsung berdialog di stasiun kereta api—mengirim sendi optimisme bahwa Cepu tengah memasuki tahap kebangkitan ekonomi baru. Bukan lagi ‘kota tidur’, melainkan ‘mesin ekonomi’ yang siap berputar kencang. Dan yang terpenting, seluruh pihak terlibat sudah mulai bergerak sinkron: dari pusat hingga kabupaten. (AndiZ)