Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Jakarta-mediaindonesianews.com: Dalam data Badan Pusat Statistik deflasi selama tiga bulan berturut-turut menandakan daya beli masyarakat sepanjang Triwulan III 2020 masih sangat lemah. Hal ini sejalan dengan tren menurunnya inflasi inti secara tahunan sejak Maret hingga September 2020.
"Data ini tentunya menunjukkan pasokannya ada, namun daya beli masyarakat menurun, sehingga kemampuan masyarakat yang rendah ini tentunya perlu di analisis lebih jauh apakah kelemahan daya beli ini benar karena kemampuan daya beli yang menurun ataukah ada unsur lain yang juga mendorong yaitu karena tidak adanya fasilitas pertemuan antara pembeli yang kita sebut dengan ‘pasar’, akibat Covid 19 ini, untuk itu dibutuhkan kreativitas semua pihak agar bisa mewujudkan pasar di udara, masyarakat enggan keluar dan pedagang juga dilarang berjualan secara terbuka, untuk itu pasar online harus dikembangkan seluas mungkin, agar dapat menjangkau semua pihak, termasuk cara pembayaran yang cashless” demikian dikatakan Dr. Magit Les Denny Tewu, SE., MM, Komisaris Utama PT Kresna Ventura kepada MediaIndonesianews.com.
Sepanjang Januari- September 2020, lanjut Denny, inflasi Indonesia tercatat 0,89 persen. Ditengah deflasi ada sejumlah komoditas yang harganya cenderung naik, antara lain bawang putih dan minyak goreng.
“memang ada beberapa komoditas yang mendorong inflasi karena harganya yang cenderung naik, termasuk uang kuliah yang naik dibeberapa kota, kalau ditelusuri lebih dalam maka kenaikan tersebut karena selain kebutuhan kesehatan, investasi seperti emas, serta hal-hal yang marak dijual secara online” katanya.
Lebih lanjut Denny mengharapkan Pemerintah memfokuskan penyaluran bantuan sosial kepada kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin agar daya beli mereka tidak semakin tergerus serta pelaku usaha mikro kecil agar mampu mempertahankan usahanya.
“Hingga 28 September 2020, pemerintah telah mencairkan Rp 304,62 triliun atau 43,8 persen dari total Rp 695,2 triliun anggaran penanganan covid 19 dan pemulihan ekonomi, semua stimulus itu sangat baik dan menolong mayarakat luas, namun yang lebih penting juga adalah Pemerintah perlu mendorong terwujudnya pasar online secara masif,” kata Komisaris PT. Tebar Jala Group ini.
Menurut Denny, ketidak pastian akibat pandemi covid-19 dinilai kalangan perlu di respons dengan pendekatan investasi yang berbeda, guna memperkecil resiko, investor lebih baik memilih portofolio jangka panjang setidaknya lima tahun.
“kondisi sekarang ini cenderungan investor wait and see, saya kira berbagai teknologi pendukung sudah tersedia, hanya perlu dorongan sosialisasi semua pihak bahwa kita semua harus mampu beradaptasi dengan perubahan budaya ini, agar daya beli masyarakat bisa terangkat dalam masa pandemi covid 19 ini. Stimulus Pemerintah sudah sangat baik, namun membuka akses pasar yang tertutup secara offline harus bisa disiasati dengan online, ini yang perlu juga menjadi perhatian Pemerintah agar aktivitas bisnis bisa rebound kembali” pungkas Denny yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor II Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. (LiaN)