Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Jakarta-mediaindonesianews.com: Perguruan Tinggi (PT) mulai berbenah untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan di tengah kelangkaan talenta. Beberapa Universitas mempersilahkan Mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk mempelajari kecerdasan buatan secara lintas ilmu.
Menurut pengamatan Dr. Denny Tewu SE, MM, hal tersebut merupakan peluang jaman yang harus dimaksimalkan oleh Indonesia untuk berkembang lebih hebat lagi, fakta bahwa Indonesia tidak ketinggalan di dunia digital telah terbukti dengan lahirnya beberapa unicorn Indonesia yang dapat bersaing dengan perusahaan sejenis dari luar.
“jadi mengembangkan kecerdasan buatan di Indonesia adalah suatu keniscayaan, dan peluang ini harusnya sudah dilihat oleh beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia,” ujar Wakil Rektor IIUniversitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta kepada mediaindonesianews.com Senin (16/2).
Menurut Denny, ada data menyebutkan bahwa kebutuhan talenta teknologi sebanyak 600.000 orang namun hanya tersedia 100.000 orang per tahun dan kekurangan talenta teknologi pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 9 juta tenaga di bidang teknologi digital.
“kedepan produksi kecerdasan buatan tidak akan terkotak-kotak dengan batasan wilayah atau negara, sepanjang Indonesia membuka diri dari segi kebijakan dan memudahkan pengembangan AI (kecerdasan buatan) serta penyediaan infrastruktur termasuk PT yang menunjang pengembangannya” katanya.
Lebih lanjut Denny menjelaskan bahwa Indonesia bisa saja menjadi produsen maupun pasar yang subur karena jumlah penduduk yang besar dengan bonus demografi dan berpenghasilan yang cukup.
“mengingat ada begitu banyak sumber daya alam Indonesia yang berpotensial menjadikan Indonesia sebagai negara industri dengan dukungan bahan baku yang memadai seperti baterai dan lain-lain” pintanya.
Denny Tewu melihat, kebijakan Merdeka Belajar di kampus merdeka oleh Kementerian pendidikan dan Kebudayaan membuka peluang terjadinya lintas program studi. Bahkan, perguruan tinggi dan industri dapat bersama-sama meneliti kecerdasan buatan dan ini sangat mendukung adanya lintas pengetahuan yang akan saling melengkapi kebutuhan Mahasiswa/i untuk meningkatkan kemampuan kompetensinya sesuai passion yang diminati serta diinginkan mereka.
“Mengingat kecerdasan buatan tentunya akan menjadi trendy diwaktu-waktu yang akan datang, maka otomotis peminatan akan prodi ini akan membludak, baik yang full mengambil jurusan tersebut maupun yang hanya mengambil 3 semester untuk melengkapi pengetahuan dasar / utama mereka,” ungkapnya.
Pemerintah telah memiliki strategi besar pengembangan kecerdasan buatan hingga tahun 2045. Hal itu terdapat dalam strategi nasional kecerdasan artifisial Indonesia 2020-2045 yang dikeluarkan Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi.
“Perguruan Tinggi tinggal menjadi salah satu elemen penting untuk menyukseskan strategi kedepannya. Bagi Denny Tewu, saatnya Perguruan Tinggi cepat melihat peluang tersebut, ada beberapa yang sudah merasakan bahkan menikmatinya, namun waktu masih cukup, untuk Perguruan Tinggi mulai membuat prodi IT yang menghasilkan produk—produk kecerdasan buatan yang akan mewarnai produk-produk Industri masa depan,” pungkasnya. (LiaN)