Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Bandung – MI.News : Radikalisme dan terorisme telah menjadi permasalahan bangsa yang kompleks, pemecahan permasalahan tersebut tidak bisa sembarangan karena berkaitan dengan aspek fundamental ideologis.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme senantiasa memberikan pemahaman yang utuh dan benar tentang bahaya radikal terorisme kepada masyarakat luas agar permasalahan tersebut dapat ditanggulangi sedini mungkin.
BNPT juga mengajak akademisi untuk berkontribusi dalam menanggulangi terorisme menggunakan perspektif keilmuan yang beragam.
Setelah menjadi pembicara di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Telkom Kamis lalu, Kepala BNPT pada Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, MH., Jum’at siang (24/01) hadir dalam Rapat Pleno Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) untuk berdiskusi serta bertukar pikiran kaitannya dengan radikalisme dan intoleransi.
Acara yang diselenggarakan di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Bandung, Jawa Barat ini merupakan salah satu gerbang bagi para Guru besar yang terhimpun dalam FGB ITB untuk ikut berkontribusi dalam mengurai permasalahan radikalisme dan intoleransi dengan berbagai perspektif keilmuan.
Kepala BNPT hadir didampingi oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, dan Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol. Ir. Hamli dan Direktur Penindakan BNPT, Brigjen Pol. Drs. Torik Triyono.
Selain Kepala BNPT, terdapat tiga pembicara lain dari berbagai disiplin ilmu yaitu Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto dari Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, serta dari ITB sendiri hadir Prof. Yasraf Amir Piliang dan Prof. Tatacipta Dirgantara. Para pembicara memaparkan berbagai macam kajian kaitannya tentang filosofi Pancasila, penafsiran radikalisme serta bentuk-bentuk implementasi atas komitmen ITB yang telah secara tegas menjunjung tinggi empat pilar kebangsaan dalam tiap kebijakannya.
Dihadapan 57 Guru Besar ITB, Kepala BNPT mengawali paparan dengan menjelaskan bahwa masifnya radikalisme dan intoleransi merupakan pembiaran kolektif dari setiap masyarakat, tidak hanya pemerintah.
Kepala BNPT pun mengajak segenap Guru Besar ITB untuk lebih waspada adanya infiltrasi radikalisme dan terorisme di perguruan tinggi. Tetapi hal ini jangan sampai menjadi momok yang menakutkan bagi dunia pendidikan, melainkan dapat memicu kolaborasi aktif tiap stakeholder untuk bersama menghadapi permasalahan bangsa ini.
“Tugas BNPT mereduksi bukan menakut-nakuti. Kami siap memberikan asistensi karena sekarang kelompok-kelompok (radikal) itu ikut mengambil alih, dan tidak boleh dipungkiri tersebar dimana saja,” ungkap Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, MH.
Lebih lanjut, pria yang pernah menjabat sebagai Kabareskrim Polri ini mengingatkan bahwa radikalisme bisa bermuatan positif, para teknokrat contohnya. Bahkan dicontohkan, apabila dahulu Ir. Soekarno tidak radikal dalam konteks positif, mungkin negara kita tidak akan merdeka dari penjajahan.
Pemikiran radikal yang negatif, di sisi lain, beredar dan mudah mempengaruhi masyarakat, ini adalah dampak dari mudahnya akses informasi di era global. Media sosial saat ini banyak dikeruhkan dengan maraknya narasi-narasi ideologis yang menyimpang.
Self-awareness atau kewaspadaan diri diperlukan, dan diharapkan selanjutnya dapat ditularkan ke lingkungan sekitar sehingga tercipta kohesi sosial yang saling mengingatkan satu sama lain, agar tidak mudah terpapar radikalisme dan terorisme.
Setuju dengan Kepala BNPT, Prof. Tatacipta Dirgantara mengungkapkan meskipun di tengah kekhawatiran narasi-narasi di media sosial yang sering membenturkan Pancasila, masih ada secercah harapan dan rasa optimisme melawan radikalisme melalui aktifitas yang meningkatkan integrasi bangsa.
“Tanpa mengingkari adanya ekstremisme dan meski kita harus tetap waspada, kita sebagai pendidik melihat adanya optimisme bahwa masih banyak yang ada di dalam kerangka kebangsaan. Perlu diperbanyak aktifitas solidaritas sosial, seperti kegiatan masuk ke desa, kegiatan kebangsaan, bela negara, dialog, harus diperbanyak,” ungkap Prof. Tatacipta Dirgantara sebagai salah satu pembicara.
Ditemui usai acara, Kepala BNPT kembali mengingatkan bahwa ITB sebagai salah satu universitas unggul di Indonesia, memiliki tanggungjawab yang besar untuk melahirkan generasi muda berkualitas yang tidak hanya berkualitas secara akademis namun juga setia terhadap NKRI.
“Saya berikan paparan tidak secara tunggal namun ada ulasan filosofisnya dari para profesor sehingga kita betul-betul dapat mengidentifikasi apa yang menjadi masalahnya dan riil. Kita akan identifikasi dan cari solusinya. Tapi ini membutuhkan kerja sama banyak pihak termasuk Forum Guru Besar ITB. Kita butuh mahasiswa unggul dan tenaga pendidik di ITB harus mendidik anak-anak-anak masa depan Indonesia,” ujar Kepala BNPT.
Ketua Forum Guru Besar ITB, Prof.Drs. Freddy Permana Zen MS, M.Sc., D.Sc., kemudian usai acara mengungkapkan merasa tercerahkan atas paparan Kepala BNPT yang begitu gamblang mengungkapkan betapa membahayakannya radikalisme dan terorisme yang dapat memecah NKRI.
“Kehadiran Kepala BNPT untuk memberikan pencerahan kepada para Guru besar yang membawahi banyak mahasiswa. Jika Guru Besarnya tercerahkan, maka di bawahnya akan ikut tercerahkan. Banyak para Guru Besar termasuk saya sendiri jadi sadar betul bahwa ini bukan hanya kata orang, tapi serius terjadi dan kita juga serius menangani karena ini demi bangsa dan negara. Ini bukan hanya masalah pemerintah tapi negara. NKRI harus terus berlangsung,” ujar Ketua FGB ITB.