Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Blora-Mediaindonesianews.com: Sebuah langkah besar diambil oleh Pemerintah Kabupaten Blora yang berkomitmen terhadap pertanian berkelanjutan dan digadang-gadang akan mengubah wajah pertanian Indonesia. Dalam sebuah momen simbolis yang sarat makna, Bupati Blora Arief Rohman memimpin panen raya padi organik di Desa Sonokidul, Kecamatan Kunduran, Senin (2/6).
Kegiatan ini tidak hanya menjadi seremoni lokal, tetapi telah menjadi magnet perhatian nasional, menyatukan kekuatan pemerintah daerah, organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU), dan petani akar rumput untuk mengusung transformasi besar menjadikan Blora sebagai role model pertanian organik Indonesia.
“Ini bukan sekadar panen. Ini adalah deklarasi bahwa Blora siap memimpin gerakan nasional menuju pertanian yang sehat, ramah lingkungan, dan menguntungkan petani,” kata Bupati Arief Rohman di hadapan ratusan petani, tokoh agama, dan mitra pembangunan.
Lebih lanjut Bupati Blora menjelaskan akan menargetkan lahirnya 300 kader petani organik NU melalui pelatihan sistematis dari Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU). Ia juga menginstruksikan dinas pertanian, aparat desa, serta jajaran TNI dan Polri untuk ikut mendampingi implementasi langsung di lapangan.
"Lebih dari itu, Pemkab Blora menggagas skema “Satu Desa Satu Hektar” yang melibatkan pemanfaatan lahan bengkok milik desa sebagai lokasi percontohan. Ini bukan proyek jangka pendek. Kita sedang membangun fondasi baru untuk kedaulatan pangan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.
Menurut Arief, untuk menopang keberlanjutan program, pihaknya akan menjalin komunikasi strategis dengan perguruan tinggi, diaspora, dan bahkan BUMN seperti Pertamina untuk membentuk ekosistem pertanian organik yang utuh dari hulu hingga hilir.
“Kami ingin riset, sertifikasi, hingga pengemasan produk organik Blora sudah memenuhi standar pasar nasional dan internasional. Blora harus punya merek "Kabupaten Organik" dan itu bukan sekadar slogan. Jika kita ingin menyelamatkan generasi mendatang, kita harus mulai dari tanah. Dan tanah Blora hari ini sedang bicara pada Indonesia,” pungkasnya.
Ketua PCNU Blora, KH Muhammad Fatah, menyatakan bahwa NU siap mengawal gerakan ini sebagai bagian dari ijtihad ekologis Nahdliyin. Ia menyebut program ini sebagai bentuk nyata “pertanian rahmatan lil alamin” sebuah konsep produksi pangan yang tidak hanya mensejahterakan petani tetapi juga menyembuhkan tanah, air, dan udara.
“Lewat kelompok ‘Kadang Tani Sarwo Tulus’, kami telah menyiapkan kader petani yang siap menjadi agen perubahan di lapangan,” tegasnya.
Sementara itu, pengalaman langsung datang dari Mas Duwi, seorang petani organik binaan yang sudah menjalankan sistem ini selama tiga tahun.
“Biaya produksi turun drastis karena saya tidak beli pupuk kimia. Di musim tanam kedua ini, hasil panen saya mencapai 6,3 ton. Ini membuktikan sistem ini bisa diandalkan,” ujarnya. (Agn)