Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Blora-Mediaindonesianews.com: Menjelang musim penghujan yang diperkirakan datang pada September 2025 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora meluncurkan Gerakan Rakyat Lawan Jentik, hal ini untuk mengantisipasi ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD). Data terakhir menyebutkan, hingga April 2025, tercatat 90 kasus DBD di wilayah ini. Meski menurun dibanding puncak kasus pada Desember 2024 yang mencapai 267 kasus, kewaspadaan terus ditingkatkan.
Selain itu Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora juga menggencarkan kampanye intensif bertajuk Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (GIRIJ), sebuah pendekatan akar rumput yang melibatkan langsung masyarakat dalam perang melawan jentik nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar virus DBD.
“Kami tidak ingin kasus melonjak kembali. GIRIJ bukan sekadar kampanye, ini adalah gerakan sosial untuk menyelamatkan lingkungan,” ujar Prih Hartanto, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkesda Blora, dalam sosialisasi GIRIJ di Pendopo Kecamatan Randublatung, Selasa (10/6).
Menurut Hartanto, paradigma masyarakat yang masih mengandalkan fogging sebagai satu-satunya cara memberantas nyamuk harus segera diubah. Fogging memang membunuh nyamuk dewasa, tetapi dampaknya terhadap manusia, hewan peliharaan, hingga tumbuhan tidak bisa diabaikan.
“Jika kita menunggu nyamuk dewasa dulu baru dibasmi, kita sudah kalah duluan. Justru saat masih dalam fase jentik, pemberantasan bisa dilakukan lebih efektif, murah, dan aman,” tegasnya.
Hingga saat ini, GIRIJ telah disosialisasikan di 10 dari total 16 kecamatan di Blora. Warga diajak aktif menjadi juru pemantau jentik (Jumantik) di rumah masing-masing. Hasil pemantauan ini kemudian dilaporkan secara berjenjang ke puskesmas dan Dinkesda.
“Kami mendorong agar setiap rumah memiliki satu Jumantik. Jika suatu wilayah sudah 95 persen bebas jentik namun kasus tetap muncul, barulah fogging dilakukan sebagai langkah terakhir,” ujarnya.
Di Kecamatan Randublatung sendiri, tercatat lima kasus DBD hingga April, namun tidak ada laporan kematian. Dinkesda menilai angka tersebut masih dalam kendali, tetapi bukan berarti bisa berpuas diri.
Dengan pelibatan warga secara langsung, Blora mengirimkan pesan kuat: pencegahan penyakit bukan hanya urusan pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Gerakan GIRIJ menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari rumah masing-masing dari ember air yang bersih, hingga mata warga yang awas terhadap jentik.
“Jangan tunggu nyamuk menyerang. Jadilah pahlawan di rumah sendiri,” pungkasnya. (andiZ)