Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Jakarta - MINews : Acara Indonesia Pearl Festival (IPF) 2019 yang memamerkan mutiara-mutiara asli Indonesia dalam akan dimulai, dimana acara ini akan berlangsung selama 4 hari, pada tanggal 21-24 November 2019 bertempat di Lippo Mall Kemang Jakarta Selatan.
Acara IPF tahun 2019 ini merupakan penyelenggaraan yang ke – 8 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) yang bekerja sama dengan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), Dharma Wanita Persatuan (DWP) KKP, dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Dengan mengusung tema “The Marvelous Indonesian South Sea Pearl” IPF tahun 2019 kali mengangkat nuansa Provinsi Sulawesi Utara dan Bunaken sebagai salah satu wilayah potensi budidaya mutiara yang akan dihadirkan di 32 booth dalam pameran ini.
Indonesian South Sea Pearl (ISSP) atau mutiara laut selatan berkontribusi 50% dari produksi South Sea Pearl dunia.
ISSP dipanen dari tiram jenis Pinctada maxima, baik diperoleh dari alam maupun hasil budidaya.
Sentra pengembangan tiram Pinctada maxima tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yaitu Sumatera Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Direktur Jenderal PDSPKP Agus Suherman dalam konferensi pers beberapa waktu yang lalu menjelaskan, ISSP memiliki keunggulan antara lain berukuran lebih besar antara 9-17 mm dengan warna kilau keperakan dan keemasan sehingga sangat digemari di pasar luar negeri.
Selain itu, harga butiran (loose pearl) ISSP sekitar USD16-18 per gram lebih tinggi dibandingkan 3 jenis mutiara lainnya (Freshwater Pearl, Black Pearl, dan Akoya Pearl).
Agus menuturkan “Sebagai salah satu komoditas kelautan unggulan Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa mendatang, branding ISSP perlu diupayakan guna meningkatkan minat masyarakat terhadap mutiara, Untuk itu diperlukan promosi untuk mengomunikasikan keunikan dan keunggulannya”.
Akan tetapi, saat ini keberadaan ISSP mulai tergerus dengan banyaknya impor mutiara air tawar dari Cina.
Ketua Asbumi Anthony Tanios mengungkapkan, di Lombok misalnya, banyak sekali beredar mutiara air tawar asal Cina ini dengan harga yang sangat murah.
Untuk itu ia menilai, masyarakat perlu diberi edukasi terkait perbedaan ISSP dengan mutiara jenis ini.
Anthony berpendapat, peredaran mutiara air tawar dengan harga murah dan kualitas tidak mumpuni, ini dapat merusak image Indonesia sebagai penghasil mutiara, terlebih lagi jika mutiara tersebut dibeli oleh turis yang berkunjung ke Indonesia.
Anthony mengungkapkan “Festival Mutiara Indonesia ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa mutiara laut selatan dan mutiara air tawar itu memang sangat berbeda”.
Sementara itu, anggota Asbumi Ratna Zhury Mahyuddin menambahkan, Indonesia ingin menjadi tuan rumah bagi mutiara laut selatan.
Ratna mengatakan “Begitu banyak sebenarnya orang yang memakai mutiara di Indonesia, tapi ternyata kebanyakan memakai mutiara air tawar, kita ingin wanita Indonesia itu memakai mutiara laut selatan, tentunya kita sebagai wanita Indonesia akan bangga memakai produk dalam negeri kita sendiri”.