Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Jakarta – mediaindonesianews.com : Kelesuan kondisi perekonomian nasional dimasa pandemi saat ini memang sangat dirasakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), hal inilah pemerintah kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2020 menjadi kisaran negatif I hingga negatif 2,9 persen. Karena itu Indonesia dipastikan mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi terjebak di zona negatif dua triwulan berturut-berturut.
Hal tersebut diungkapkan Dr. Denny Tewu, SE., MM. Kondisi ekonomi yang tidak kondusif ini, sebenarnya ada korelasi juga dengan aturan PSBB yang tidak sejalan antara kebijakan pusat dan beberapa daerah, hal ini penting karena pengaruh aturan PSBB terhadap perekonomian perkotaan dengan jumlah penduduk yang cukup banyak tentu akan berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian nasional.
“ Usaha pemerintah pusat melakukan stimulus terhadap tenaga kerja yang berpenghasilan rendah serta UMKM itu merupakan langkah yang tepat dalam rangka mengurai dampak risiko yang lebih besar lagi, namun tentu mereka juga harus terbuka lahan untuk melakukan aktivitasnya, ada begitu banyak cara untuk berproduksi jasa maupun barang secara kreatif, namun kalau pasarnya di tutup tentu akan terjadi masalah,” katanya kepada mediaindonesianews.com, Kamis (24/9).
Dijelaskannya, persoalan kesimpangsiuran dalam mengelola issue covid-19 ini tentu sangat berpengaruh kepada kondisi ekonomi dalam negeri maupun investasi dari luar, untuk itu Pemerintah Pusat perlu menerapkan gerak langkah bersama agar issue covid-19 ini manageable, bangun kepercayaan masyarakat harusnya berjalan bersama dengan terbangunnya produktivitas dalam berbagai hal.
“Di Indonesia resiko sosial ekonomi dan keuangan masih nyata akibat pandemi covid 19. Beberapa Provinsi besar mengalami esklasi kasus infeksi seperti DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Jatim. Peningkatan infeksi di provinsi besar itu mempengaruhi kinerja perekonomian nasional dan ini sudah merupakan bencana Internasional yang harus dihadapi oleh semua negara maupun semua daerah.” tuturnya
Hanya pertanyaannya, lanjut Denny, kalau ada yang bisa survive kenapa kita tidak, jadi kepala darah perlu inovatif dan kreatif dalam mengatasinya dalam berbagai aspek dengan cara yang bijaksana, benchmark-nya lihat saja daerah-daerah atau negara yang bisa tetap bertahan di zona hijau atau kuning, pelajari saja caranya, tinggal diterapkan dengan kearifan lokal tentunya.
“Banyak permintaan agar pemerintah sebaiknya fokus melindungi masyarakat dan dunia usaha agar bisa bertahan di tengah ketidakpastian akibat pendemi dan ini perjuangan yang tentu harus terjaga dan tersosialisasi dengan baik.” terang Komisaris PT. Tebar Jala Group
Menurut Denny, ada juga negara yang lebih buruk dari indonesia dalam mengatasi kondisi ekonomi dalam negeri karena covid-19, namun banyak juga yang tetap survive dalam situasi seperti ini, untuk itu Pemerintah memang harus fokus memetakan dan identifikasi risikonya serta memitigasinya secara baik.
“pemerintah tidak hanya fokus kepada ekonomi saja, namun disisi lain masalah Pemerintah memperhatikan masalah Pilkada serentak pada tanggal 9 Desember’20 nanti, kalau tidak pintar - pintar menjelaskannya maka tingkat risikonya juga cukup besar dalam menjaga kestabilan ekonomi secara nasional” pungkas Wakil Rektor II Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. (LiaN)