bendera

Rabu, 02 Juli 2025    09:58 WIB
MEDIA INDONESIA NEWS

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

OPINI
 


Tersangka Dan Atau Terdakwa Berhak Untuk Diam


Tim Red,    21 Maret 2021,    20:48 WIB

Tersangka Dan Atau Terdakwa Berhak Untuk Diam
Adv. Kamaruddin Simanjuntak, S.H.

Oleh: Adv. Kamaruddin Simanjuntak, S.H.


 

Bahwa Hak Hukum Tersangka dan / atau Terdakwa untuk diam "BEBAS" terdapat dalam ketentuan Pasal 52 KUHAP yang menyatakan:

“Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan tersangka atau terdakwa berhak memberi keterangan secara "BEBAS"  kepada penyidik atau hakim”.


Dengan demikian bila tersangka dan/atau terdakwa menolak untuk memberi keterangan, apalagi bila dirasakan oleh Tersangka dan/atau Terdakwa, ada sikap dan perlakuan yang bersifat diskriminatif dan/atau tidak adil, maka tersangka dan/atau terdakwa BEBAS untuk tidak meladeni penegak hukum yang diskriminatif dan tidak adil tersebut, hal itu tidak termasuk comptemp of court !

Di Negara maju, seperti Amerika Serikat, hak itu justeru pertama kali diucapkan oleh Polisi / Penyidik kepada seseorang yang akan ditangkap SBB:

"Kamu memiliki hak untuk diam. Apapun yang kamu katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan".

Hak ini dikenal  sebagai "MIRANDA RULES"  yaitu  suatu prinsip hukum acara pidana di Amerika Serikat yang berasal dari kasus Miranda vs Arizona tahun 1966,  yang pada akhirnya memunculkan Amandemen Kelima Bill of Rights SBB:

“No person shall be held to answer for a capital, or otherwise infamous crime, unless on a presentment or indictment of a Grand Jury, except in cases arising in the land or naval forces, or in the Militia, when in actual service in time of War or public danger; nor shall any person be subject for the same offence to be twice put in jeopardy of life or limb; nor shall be compelled in any criminal case to be a witness against himself, nor be deprived of life, liberty, or property, without due process of law; nor shall private property be taken for public use, without just compensation.”

Artinya adalah bahwa:

"Tiada seorangpun diharuskan menjawab untuk suatu tindak pidana umum atau tindak pidana yang belum dikenal, tanpa penjelasan atau penggambaran dakwaan dari Juri, kecuali untuk kasus yang timbul di Angkatan Darat atau Angkatan laut, atau di dalam Milisi, ketika sedang bertugas dalam perang atau bahaya umum; juga tidak seorangpun menjadi terdakwa dan didakwa dua kali untuk kasus yang sama sehingga membahayakan hidupnya, juga tidak akan dipaksa dalam setiap kasus pidana untuk menjadi saksi melawan dirinya sendiri, juga tidak akan dikurangi kehidupan, kebebasan, atau harta bendanya, tanpa proses hukum; juga kepemilikan pribadi tidak akan diambil untuk kepentingan umum, tanpa kompensasi yang adil."

Bahwa bentuk nyata dari penerapan Miranda Rules adalah adanya "Miranda Warning" yaitu oleh Polisi/Penyidik ketika sedang menangkap seseorang Tersangka dan sebelum dilakukan Interogasi, maja Polisi/Penyidik menyampaikan Narasi sebagai berikut:

"You have the right to remain silent. Anything you say can and will be used against you in a court of law. You have the right to speak to an attorney, and to have an attorney present during any questioning. If you cannot afford a lawyer, one will be provided for you at government expense.”

Yang artinya adalah bahwa:

"Kamu memiliki hak untuk diam. Apapun yang kamu katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan. Kamu memiliki hak untuk bicara kepada penasehat hukum dan dihadiri penasehat hukum selama interogasi. Apabila kamu tidak mampu menyewa penasehat hukum, maka akan disediakan satu untukmu yang ditanggung oleh Pemerintah."

Dengan demikian tidak diperkenankan penegak hukum untuk memaksa seseorang untuk menjawab pertanyaan "Interogasi" penegak hukum, karena beban pembuktian sesungguhnya  ada pada penegak hukum, utamanya pada  penyidik & jaksa  penuntut umum.

Bahwa di Indonesia disediakan upaya hukum bila terdapat perbuatan melawaan hukum oleh para  Penegak Hukum semisal oleh penyidik & jaksa penuntut umum yaitu: "Praperadilan" atau Tuntutan Praperadilan sebagaimana dimaksud oleh  Pasal 77 KUHAP  juncto Pasal 83 KUHAP, Jadi semua tindakan hukum akan terkontrol sesuai hukum acara.

Bahwa Majelis Hakim, sebagai wakil Tuhan dan sebagai  benteng terakhir bagi pencari keadilan, harus mampu bertindak, besikap dan bijaksana dalam menyatakan benar diatas benar dan tidak diatas tidak, sebab lebih dari itu adalah dusta.

Artinya Majelis Hakim sesuai irah irah putusan pengadilan yang menyatakan "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" itu   harus mampu memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara dengan mempergatikan Aspek Kepastian Hukum, Aspek Keadilàn dan Aspek Kemamfaatan hukum berdasarkan alat bukti yang sah dan ditambah oleh keyakinan Majelis Hakim.

 

Penulis adalah: Ketua Umum PDRIS / Bendum MUKI.

Tersangka Dan/Atau Terdakwa Berhak Untuk Diam

Oleh: Adv. Kamaruddin Simanjuntak, S.H.

Bahwa Hak Hukum Tersangka dan / atau Terdakwa untuk diam "BEBAS" terdapat dalam ketentuan Pasal 52 KUHAP yang menyatakan:

“Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan tersangka atau terdakwa berhak memberi keterangan secara "BEBAS"  kepada penyidik atau hakim”.

Dengan demikian bila tersangka dan/atau terdakwa menolak untuk memberi keterangan, apalagi bila dirasakan oleh Tersangka dan/atau Terdakwa, ada sikap dan perlakuan yang bersifat diskriminatif dan/atau tidak adil, maka tersangka dan/atau terdakwa BEBAS untuk tidak meladeni penegak hukum yang diskriminatif dan tidak adil tersebut, hal itu tidak termasuk comptemp of court !

Di Negara maju, seperti Amerika Serikat, hak itu justeru pertama kali diucapkan oleh Polisi / Penyidik kepada seseorang yang akan ditangkap SBB:

"Kamu memiliki hak untuk diam. Apapun yang kamu katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan".

Hak ini dikenal  sebagai "MIRANDA RULES"  yaitu  suatu prinsip hukum acara pidana di Amerika Serikat yang berasal dari kasus Miranda vs Arizona tahun 1966,  yang pada akhirnya memunculkan Amandemen Kelima Bill of Rights SBB:

“No person shall be held to answer for a capital, or otherwise infamous crime, unless on a presentment or indictment of a Grand Jury, except in cases arising in the land or naval forces, or in the Militia, when in actual service in time of War or public danger; nor shall any person be subject for the same offence to be twice put in jeopardy of life or limb; nor shall be compelled in any criminal case to be a witness against himself, nor be deprived of life, liberty, or property, without due process of law; nor shall private property be taken for public use, without just compensation.”

Artinya adalah bahwa:

"Tiada seorangpun diharuskan menjawab untuk suatu tindak pidana umum atau tindak pidana yang belum dikenal, tanpa penjelasan atau penggambaran dakwaan dari Juri, kecuali untuk kasus yang timbul di Angkatan Darat atau Angkatan laut, atau di dalam Milisi, ketika sedang bertugas dalam perang atau bahaya umum; juga tidak seorangpun menjadi terdakwa dan didakwa dua kali untuk kasus yang sama sehingga membahayakan hidupnya, juga tidak akan dipaksa dalam setiap kasus pidana untuk menjadi saksi melawan dirinya sendiri, juga tidak akan dikurangi kehidupan, kebebasan, atau harta bendanya, tanpa proses hukum; juga kepemilikan pribadi tidak akan diambil untuk kepentingan umum, tanpa kompensasi yang adil."

Bahwa bentuk nyata dari penerapan Miranda Rules adalah adanya "Miranda Warning" yaitu oleh Polisi/Penyidik ketika sedang menangkap seseorang Tersangka dan sebelum dilakukan Interogasi, maja Polisi/Penyidik menyampaikan Narasi sebagai berikut:

"You have the right to remain silent. Anything you say can and will be used against you in a court of law. You have the right to speak to an attorney, and to have an attorney present during any questioning. If you cannot afford a lawyer, one will be provided for you at government expense.”

Yang artinya adalah bahwa:

"Kamu memiliki hak untuk diam. Apapun yang kamu katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan. Kamu memiliki hak untuk bicara kepada penasehat hukum dan dihadiri penasehat hukum selama interogasi. Apabila kamu tidak mampu menyewa penasehat hukum, maka akan disediakan satu untukmu yang ditanggung oleh Pemerintah."

Dengan demikian tidak diperkenankan penegak hukum untuk memaksa seseorang untuk menjawab pertanyaan "Interogasi" penegak hukum, karena beban pembuktian sesungguhnya  ada pada penegak hukum, utamanya pada  penyidik & jaksa  penuntut umum.

Bahwa di Indonesia disediakan upaya hukum bila terdapat perbuatan melawaan hukum oleh para  Penegak Hukum semisal oleh penyidik & jaksa penuntut umum yaitu: "Praperadilan" atau Tuntutan Praperadilan sebagaimana dimaksud oleh  Pasal 77 KUHAP  juncto Pasal 83 KUHAP, Jadi semua tindakan hukum akan terkontrol sesuai hukum acara.

Bahwa Majelis Hakim, sebagai wakil Tuhan dan sebagai  benteng terakhir bagi pencari keadilan, harus mampu bertindak, besikap dan bijaksana dalam menyatakan benar diatas benar dan tidak diatas tidak, sebab lebih dari itu adalah dusta.

Artinya Majelis Hakim sesuai irah irah putusan pengadilan yang menyatakan "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" itu   harus mampu memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara dengan mempergatikan Aspek Kepastian Hukum, Aspek Keadilàn dan Aspek Kemamfaatan hukum berdasarkan alat bukti yang sah dan ditambah oleh keyakinan Majelis Hakim.

Penulis adalah: Ketua Umum PDRIS / Bendum MUKI.

 


banner
NASIONAL
img
Rabu, 02 Juli 2025
Jakarta - "Ini merupakan momen penting dalam sejarah  panjang perjalanan diplomasi militer dan kerja  sama internasional yang dilaksanakan TNI" Ucap Komandan Komando Pasukan Khusus (DanKoopssus) TNI Brigjen TNI Yudha
img
Rabu, 02 Juli 2025
Jakarta - Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto bersama beberapa Pejabat Negara  mendampingi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto meninjau latihan parade defile gabungan yang bertempat di skuadron 45 Halim
img
Selasa, 01 Juli 2025
Jakarta – Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Irvansyah, S.H., M.Tr.Opsla., menghadiri Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Bhayangkara di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).   Dengan mengangkat tema
img
Selasa, 01 Juli 2025
Jakarta - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi mewakili Panglima TNI menghadiri acara Gala Literasi Nusantara yang diselenggarakan dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-60 Harian Kompas, bertempat
img
Selasa, 01 Juli 2025
Jakarta - Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menghadiri Upacara Puncak Peringatan Hari Bhayangkara ke-79 yang mengusung tema "Polri untuk Masyarakat", bertempat di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (1/7/2025).
img
Selasa, 01 Juli 2025
Toray  – Satgas Yonif 312/Kala Hitam Pos Toray terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan (Hanpangan) di wilayah perbatasan. Dipimpin oleh Letda Inf Dudi Hidayat, sebanyak 6 personel melaksanakan kegiatan

MEDIA INDONESIA NEWS