Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Jakarta - mediaindonesianews.com: Meningkatnya kasus covid 19 dan penuhnya keterisian tempat tidur di umah sakit menunjukkan adanya pengabaian masyarakat terhadap pandemik ini. Semua tokoh lintas agama perlu menjadi teladan dan senantiasa mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Dari pendapat Pdt. Muljadi Sulaeman, pada awal pandemik memang ada perbedaan-perbedaan pendapat dari tokoh-tokoh agama khususnya pada waktu kebijaksanaan Lockdown dimana rumah-rumah ibadah dan kegiatan kegiatan ibadah dibatasi bahkan di hentikan. Masih banyak tokoh-tokoh agama yang berkeberatan karena beberapa hari-hari penting keagamaan tidak bisa dirayakan atau diperingati.
“Tapi setelah pandemi ini berjalan satu tahun lebih saat ini, kami melihat tokoh- tokoh lintas agama sesungguhnya sudah sehati untuk mendukung semua program pemerintah. Dan tidak ada lagi kesulitan tidak menjalankan ritual keagamaan sebagaimana biasanya. Seperti perayaan paskah, kenaikan Tuhan Yesus, Perayaan Pentakosta dan juga perayaan agama yang lain. Kita melihat peranan tokoh-tokoh lintas agama yang bisa menjelaskan dan bisa memberikan pengertian kepada umat untuk menghindari kerumunan dan sebagainya,” ucap Pdt Muljadi Sulaeman Gembala Gereja Sidang Pantekosta di Indonesia (GSPdI) Bellezza Permata Hijau Senin (26/6/2021).
Seluruh tokoh agama memang harus terus mengatakan bahwa covid 19 itu nyata dan bukan direkayasa. Gunakanlah bahasa persuasif yang menyentuh hati. Mugkin cara ini akan lebih tersampaikan karena pada hakikatnya manusia itu baik. Menurut Muljadi, memang ada beberapa tokoh agama yang masih sering kali memberikan pengertian yang salah mengenai vaksin dan itu dinyatakan bahwa covid 19 itu suatu rekayasa dan sebagainya. Ini karena pengaruh dari media sosial, informasi-informasi yang hoax, informasi yang bermacam-macam seringkali di kutip oleh tokoh-tokoh agama juga.
“Tapi dengan berjalannya waktu, dan juga terbukanya masyarakat kami melihat tokoh-tokoh agama sekarang lebih hati-hati dalam mengemukakan pendapat,” katanya.
Banyaknya ajakan untuk tidak mempercayai narasi penyangkal covid 19 ini ditandakan penuhnya ketersediaan tempat tidur ini menjadi fakta adanya penyakit ini. Untuk itu bagaimana peran tokoh agama memberikan teladan dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebab selama ini masyarakat kehilangan kepecayaan karena banyak elite politik yang melanggar protokol kesehatan juga. Kata Dia lagi, ditingkat nasional, tokoh-tokoh lintas agama sudah begitu bersatu mereka seringkali mengadakan doa bersama, supaya pandemik ini bisa cepat berlalu, mereka juga membuat deklarasi menyatakan dukungan kebijaksanaan pemerintah .
“Saya melihat bahwa yang masih menjadi masalah adalah di akar rumut dimasyarakat. Sebab itu peranan tokoh-tokoh lintas agama harus menularkan sampai tingkat yang paling bawah desa-desa karena disitulah sesungguhnya kekuatan untuk mencegah terjadinya peningkatan covid 19 bagaimana peranan lurah, RW/RT dalam menyakinkan masyarakat khususnya dalam menghadapi beberapa protokol kesehatan,” pintanya .
Jadi pada intinya Pdt Muljadi Sulaeman Gembala Gereja Sidang Pantekosta di Indonesia (GSPdI) Bellezza Permata Hijau menuturkan, pada akhirnya wabah covid 19 ini memang terjadi dan membawa dampak yang menggurita ke berbagai aspek kehidupan. Bahkan mungkin setelah semuanya selesai bahkan menyisahkan pekerjaan rumah untuk semuanya terutama pemerintah dan dunia bisnis. Tentunya perlu dilakukan berbagai kebijaksanaan dan aturan. Namun itu tidak akan berhasil bila tidak didukung oleh kesatuan hati dari seluruh rakyat Indonesia, untuk bisa mewujudkan usaha bangsa untuk pulih dari wabah ini.
“Seperti semboyan negara kita Bhineka Tunggal Ika, dan terlepas semua dampak yang ada sejatinya, selalu ada hikmat dari setiap kejadian di dunia ini karena tidak terlepas dari kedaulatannya yang maha kuasa.
“Disinilah peranan tokoh lintas agama dapat memberikan kesejukan dan pengharapan kepada semua umat untuk bangkit kembali dari keterpurukan saat ini dan muncul sebagai bangsa yang kuat dan besar,” pungkasnya. (lian)