Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Jakarta-Mediaindonesianews.com: Meski sudah pensiun dari Kementerian Sosial (Kemensos), Andi Hanindito akan tetap mendedikasikan perhatiannya kepada Taruna Siaga Bencana (Tagana), hal tersebut diungkapkan Andi kepada awak media, Selasa (5/12)
“pensiun dari KemenSos bukanlah akhir dari perjuangan dan tanggung jawab untuk Tagana karena Tagana merupakan organisasi relawan yang dikhususkan untuk penanggulangan bencana di Indonesia dan lahir dari rasa kepedulian akan tingginya angka kasus kebencanaan terutama bencana alam di Indonesia” katanya
Kepeduliannya beralasan, pasalnya Andi merupakan pendiri, pencetus, perintis dan pembina sekaligus legenda hidup yang telah membesarkan Tagana selama 19 tahun sejak dibentuk pada Maret 2004 silam.
“Masih ada PR yang harus saya selesaikan untuk Tagana” ujarnya
Menurutnya Tagana adalah Organisasi sosial berbasis masyarakat yang anggotanya punya kesibukan masing-masing namun memiliki kepedulian sosial yang tinggi
“disaat terjadinya bencana, merekalah para pahlawan kemanusiaan, meninggalkan keluarganya untuk membantu sesama disaat membutuhkan bantuan dengan berbagai cara diantaranya menolong korban bencana, evakuasi, memasak makanan di dapur umum, membagikan bantuan sembako, menghibur korban bencana, menyemangati dan lain sebagainya. Bahkan tidak sedikit ada anggota relawan yang gugur saat bertugas, atau jatuh sakit dan cedera akibat kondisi di lapangan yang penuh bahaya dan rintangan.” paparnya
Lebih lanjut Andi mengungkapkan bahwa pengabdian para relawan selain tanpa pamrih juga pengorbanan baik waktu, tenaga, pikiran dan juga ekonomi.
“Nah untuk masalah ekonomi inilah saya benar benar masih terbeban. Disaat mereka bantu penanggulangan bencana dan meninggalkan keluarga, lalu keluarga mereka siapa yang kasih makan, keluarga mereka dapurnya ngebul darimana. Ibarat relawan Tagana itu seperti petugas Satpam yang harus selalu siaga di posko masing-masing dan saat ada bencana mereka bekerja untuk menanggulanginya, namun kalau Satpam itu bergaji atau minimal mendapat penghasilan cukup, jadi ia tidak memusingkan masalah isi perut dan dapur ngebul, sehingga bisa fokus dalam tugasnya.” ungkapnya
Menurut Andi meski Kementrian Sosial sudah ada program tali asih bagi relawan Tagana senilai Rp 250.000 setiap bulan dan juga tambahan dari APBD daerah masing masing melalui Dinas Sosial setempat, namun nilainya dianggap masih sangat kurang.
“inilah PR saya terbesar, ibarat Tagana itu anak yang saya lahirkan dan besarkan, di usianya yang ke 19 Tahun ini, namun penampilan masih kurang mendukung, harusnya diberikan Pendidikan dan penampilannya juga harus menarik.” ujarnya.
Untuk itu Andi bertekat relawan Tagana harus mandiri dan berdaya secara ekonomi serta mampu secara finansial dengan menyiapkan beberapa program pemberdayaan ekonomi.
“saya sedang siapkan dan segera meluncurkan beberapa program pemberdayaan ekonomi dan kemandirian finansial agar relawan Tagana dapat terus fokus menjadi pahlawan kemanusiaan penanngulangan bencana. Jadi perhatian saya tetap pada penanggulangan bencana melalui Tagana, namun fokus saya harus memikirkan cara penanggulangan finansial dan ketahanan ekonomi anggotanya melalui berbagai program yang berhubungan langsung dengan perekonomian, produktifitas penghasilan dan turunannya” pungkasnya. (Tagana)